Melihat Cara Kerja Starlink Menyediakan Internet Lewat Satelit


Starlink memulai proyek satelit internetnya dengan cara kerja yang luar biasa di berkat kecanggihan teknologi pemancarnya. Saat pengujian beta, kecepatan unduhannya rata-rata berkisar sekitar 103 Mbps, dan latensi rata-rata hingga 39 ms. 


Proyek ambisius ini bertujuan untuk menghadirkan layanan internet berkecepatan tinggi dan menjangkau ke seluruh dunia. Terutama beberapa negara bagian AS dan lokasi yang relatif terpencil di seluruh belahan bumi.


Cara Kerja Satelit Internet Starlink

Sebelum sinyal internet dipancarkan, posisi satelit milik Starlink berada lebih dekat ke bumi untuk mengurangi latensi. Sinyal kemudian diteruskan menggunakan teknologi laser untuk meningkatkan kecepatan sambungan internet.


Pihak SpaceX juga mengklaim bahwa satelit Starlink buatan mereka memiliki koneksi yang lebih cepat karena latensinya sangat rendah dibandingkan dengan model satelit konvensional.


Tiap-tiap satelit Starlink akan berkomunikasi dengan empat satelit lainnya dengan menggunakan laser. Artinya, mereka akan mengirimkan data ke seluruh dunia dengan kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan cahaya.



Koneksi berkecepatan cahaya untuk saat  yang hanya bisa dicapai oleh generasi internet yang menggunakan serat optik. Cara kerjanya pun tergolong efisien karena sinyal internet dipancarkan secara langsung ke gateway atau terminal pengguna di bumi.


Ini artinya, sinyal internet tersebut tidak membutuhkan infrastruktur seperti menara BTS (Base Transceiver Station) konvensional karena pihak Starlink telah menyediakan alat-alat khusus sebagai penerima sinyal.


Alat yang disebut sebagai Starlink kit itu terdiri dari sebuan antena, router WiFi, dan pengisi daya senilai 499 dolar AS atau Rp 6,9 juta. Pihak Starlink berharap layanannya itu bisa dibuka secara umum untuk masyarakat Amerika Serikat pada tahun 2021.


Seberapa Cepat Koneksi Internet dari Satelit Starlink?

Berdasarkan tes kecepatan untuk pengguna internet Starlink beta (per 30 November 2020), koneksi menunjukkan kecepatan unduh sekitar 104 Mbps dan kecepatan unggah sekitar 16 Mbps, ditambah latensi rata-rata 39 milidetik (md).


Sebelumnya, pengujian beta tersebut menjanjikan kecepatan koneksi sebesar 50–150 Mbps, di mana angka tersebut merupakan titik awal untuk layanan internet satelit Starlink. Kecepatan yang ada bahkan dianggap lebih baik dibanding layanan sejenis lainnya.


Starlink pada saat ini masih berada dalam proses menyebarkan satelit dan stasiun bumi sambil mengatasi masalah dalam uji beta-nya. Pihaknya juga mengusahakan agar satelit yang mencapai orbit Bumi dan pembangunan stasiun bumi diperbanyak jumlahnya.



Jika terwujud, pengguna internet Starlink kemungkinan akan mendapatkan peningkatan dari sisi kecepatan unduh dengan latensi yang lebih rendah. Bahkan performanya dijamin tidak akan berubah dan semakin bertambah baik karena adanya penambahan jumlah satelit.


Latensi rata-rata sebesar 39 milidetik (md) pada layanan uji beta milik Starlink dinilai lebih cepat dibandingkan satelit tradisional. Performa tersebut didapatkan karena posisinya berada sekitar 342 mil di atas permukaan bumi. 


Latensi sendiri secara garis besar adalah jumlah  waktu yang dibutuhkan oleh sinyal internet untuk berpindah dari komputer menuju layanan milik Internet Service Provider (ISP), kemudian ke server situs web, dan dikembalikan lagi kepada pengguna. 


Jumlah Satelit Starlink yang Telah Berada di Orbit

SpaceX saat ini telah meluncurkan sebanyak 800 satelit ke orbit bumi. Pihaknya mengharapkan ke depannya bisa membuat mega konstelasi yang diisi sebanyak 42.000 satelit. 


60 satelit yang dibawa menuju orbit masing-masing berukuran sebesar meja dengan berat mendekati 500 pon (226.796 kilogram). Ini berarti, misi Falcon pada 9 Januari 2020 tahun lalu telah membawa satelit dengan berat total 30.000 pon ( 13607.771 kilogram)  ke luar angkasa.


Di luar itu, Starlink juga mendirikan enam stasiun bumi untuk menyediakan layanan satelit tetap yang berlokasi di kota-kota besar AS seperti Merrillan (Wisconsin), Greenville (Pennsylvania), Redmond (Washington), Hawthorne (California), dan Conrad (Montana).



Tujuan Satelit Internet Starlink pada Kehidupan Manusia

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Elion Musk selaku CEO SpaceX berharap agar keberadaan Starlink menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan konektivitas internet antara daerah perkotaan dan wilayah pelosok pedesaan yang terpencil.


Daerah seperti pedesaan dan tempat terpencil lainnya sering menghadapi tantangan dalam mendapatkan akses internet karena mahalnya biaya infrastruktur. Mulai dari biaya penggalian parit, memasang kabel atau fiber, hingga pembangunan menara BTS.


Starlink digadang-gadang bakal menjawab tantangan tersebut dengan menyediakan akses internet berkecepatan tinggi yang mudah dijangkau dari lokasi mana pun. Sayangnya, layanan ini masih tersedia secara terbatas untuk beberapa wilayah Amerika Serikat dan Kanada. 

Lebih baru Lebih lama